Selasa, 24 Januari 2017

Gunung berapi

 PENGERTIAN GUNUNG BERAPI
        Gunung berapi adalah sebuah gunung yang memiliki kawah yang berisi magma dari dalam perut bumi. Gunung berapi yang aktif dapat sewaktu-waktu mengeluarkan magma yang terkandung di dalam perut bumi. Letusan tersebut dapat membawa dampak yang positif maupun negative.
Gunung berapi terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Indonesia berada pada pertemuan antara 3 lempeng besar yang terdiri dari dari 2 lempeng benua dan 1 lempeng samudera. Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau tatanan tektonik Indonesia sangat kompleks. Di bagian barat sampai selatan Indonesia merupakan daerah zona subduksi

yang juga merupakan jalur gunung api. Di Indonesia terdapat sekitar 129 buah gunung berapi yang masih aktif dan merentang sepanjang 700 KM mulai dari Aceh (Sumatra), Jawa, Sulawesi (bukit Barisan), Nusa Tenggara dan Maluku dengan luas daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 Km2.
Pencegahan dan Penanggulangan Gunung Meletus
   Indonesia terletak pada rangkaian pegunungan muda sehingga terdapat banyak gunung berapi yang masih aktif. Gunung berapi tidak hanya mendatangkan bencana, namun juga bisa mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Misalnya, abu vulkanik bisa menyuburkan tanah pertanian serta material letusan sebagai bahan bangunan, seperti pasir, kerikil, dan batu.

   Gunung berapi bisa menjadi sahabat jika kita mampu memanfaatkan dengan arif dan bijaksana serta mengenalnya dengan baik. Agar gunung meletus tidak menimbulkan banyak korban maka perlu dilakukan usaha - usaha pengenalan dan penanggulangan bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

   A. Sebelum Terjadi Letusan
   Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang / pemerintah sebelum terjadi letusan adalah sebagai berikut.
   1. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang sedang aktif
   2. Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan gunung api, peta zona risiko bahaya gunung api, serta peta pendukung lainnya, seperti peta geologi gunung api

   3. Membuat langkah - langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api.
   4. Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api kepada masyarakat.
   5. Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api.
   6. Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti peningkatan sarana dan prasarana.

   Tindakan yang harus dilakukan oleh individu / masyarakat sebelum terjadi letusan adalah sebagai berikut.
   1. Mengenali daerah setempat yang dapat dijadikan tempat mengungsi
   2. Memantau dan mendengarkan informasi tentang status gunung api
   3. Mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari pihak yang bertanggung jawab.
   4. Memiliki persediaan kebutuhan - kebutuhan dasar, seperti obat - obatan dan makanan yang memadai.
   5. Mengikuti arahan evakuasi pihak berwenang.
   6. Membawa barang - barang yang berharga, terutama dokumen dan surat penting.

   B. Saat Terjadi Letusan Gunung Api
   Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak berwenang saat terjadi letusan adalah sebagai berikut :
   1. Membentuk tim gerak cepat.
   2. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung dengan penambahan peralatan yang lebih memadai.
   3. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelaporan sesuai dengan kebutuhan.
   4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.

   Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat saat terjadi letusan adalah sebagai berikut.
   1. Jika ada evakuasi, pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah dipastikan aman.
   2. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran lahar.
   3. Ketika melihat lahar atau benda lain yang mendekati rumah, segera selamatkan diri dan cari perlindungan terdekat.
   4. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
   5. Pakailah kacamata pelindung.
   6. Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.

   C. Setelah Terjadi Letusan
   Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak berwenang setelah terjadi letusan adalah sebagai berikut.
   1. Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
   2. Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya.
   3. Memberikan sarana penanggulangan bahaya.
   4. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
   5. Menurunkan status tingkat kegiatan.
   6. Melanjutkan pemantauan rutin, meskipun keadaan sudah menurun.
   7. Memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
   8. Membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya yang terkena bencana.

   Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat setelah terjadi letusan adalah sebagai berikut.
   1. Mengikuti informasi perkembangan status gunung api.
   2. Apabila sudah dianggap aman dan dapat kembali, periksalah rumah dan barang lain yang ada.
   3. Menghubungi dan mengecek saudara dan kerabat yang lain.
   4. Bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong membersihkan dan memperbaiki sarana - sarana yang masih dapat dimanfaatkan.
   5. Jauhi daerah yang terkena hujan abu.
   6. Membantu tim medis menolong para korban.

                                                          DAFTAR PUSTAKA


Falah Kharisma Nuraziz, bencana alam, di ambil dari http://falah-kharisma.blogspot.co.id/2015/08/pencegahan-dan-penanggulangan-gunung.html.

Susilawati dermalasari, makalah tentang gunung berapi, diambil dari http://susilawatidermalasarixe1314.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-gunung-berapi.html

Thallasemia

PENGERTIAN THALLASDEMIA.
Thalassemia adalah penyakit genetic/keturunan yang menyebabkan usia sel-sel darah menjadi lebih pendek. Gen yang rusak adalah gen yang bertugas mengkodekan hemoglobin, yaitu suatu komponen penting dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen. Sel darah merah menjadi mudah pecah atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari) dan kemampuannya dalam mengangkut oksigen menjadi menurun dreastis. Akibatnya penderitanya menderita anemia dan pada beberapa kasus dapat diikuti dengan penyakit-penyakit lain seperti Diabetes Melitus, gangguan hati dan kanker.


Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh faktor keturunan dan banyak diderita oleh anak-anak di kawasan Laut Tengah, Timur Tengah dan Asia. Penyakit ini pada awalnya menyerang pada anak-anak sejak usia 3 sampai 18 bulan dengan menunjukkan gejala seperti anemia, pucat, sukar tidur, lemas dan tidak punya nafsu makan
Thalassemia terdiri atas beberapa tipe. Mereka yang tidak mampu memproduksi protein/gen globin alpha dalam jumlah yang cukup disebut thalassemia alpha. Sedangkan mereka yang kekurangan produksi protein/gen globin beta, menderita thalassemia beta. Di Indonesia lebih banyak ditemukan kasus thalassemia beta. Insiden pembawa sifat Thalassemia di Indonesia berkisar antara 6-10%, artinya dari setiap 100 orang 6-10 orang adalah pembawa sifat Thalassemia
Thalassemia diturunkan oleh orang tua yang carrier kepada anaknya. Sebagai contoh, jika ayah dan ibu memiliki gen pembawa sifat Thalassemia (thalassemia trait), maka kemungkinan anaknya untuk menjadi pembawa sifat Thalassemia adalah sebesar 50%, kemungkinan menjadi penderita Thalassemia mayor 25% dan kemungkinan menjadi anak normal yang bebas Thalassemia hanya 25KHASUS


THALLASEMIA DI INDONESIA

Indonesia termasuk wilayah dengan kasus thalassemia cukup tinggi. Data dari sejumlah rumah sakit besar dan pusat pendidikan diketahui frekuensi gen thalassemia berkisar 8% sampai 10%. Artinya, 8 sampai 10 dari 100 orang penduduk mempunyai thalassemia. Penyakit ini, hingga kini, belum bisa disembuhkan. Hal itu dikemukakan kepala Sub Bagian Hematologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI - RSCM) dr. Djajadiman Gatot  SpA(K). (Kompas, 17 Mei 2001)
Jumlah penderita thalassemia di Indonesia tercatat 8000 pasien dan kemungkinan di Jakarta terdapat 1000 penderita, ujar Kepala Sub Bagian Hematologi Anak FKUI dr. Djajadiman Gatot. Di dunia frekuensi pembawa gen thalasemia berkisar 8% sampai 15% dari total jumlah penduduk. (Republika, 25 Juni 2001)
Kasus penyakit thalassaemia (kelainan darah) di Indonesia cenderung terus meningkat. Pada tahun 2006 tercatat ada 3053 kasus. Di tahun 2008 jumlah penderita thalassaemia meningkat menjadi 5000 orang. Ditenggarai, terdapat 200 ribu penderita yang belum terdeteksi kasusnya.
Ketua Perhimpunan Yayasan thalassaemia Indonesia Ruswandi memaparkan, lantaran tidak sistem pemeriksaan kasus yang baik. Diramalkan kasus thalassaemia di Tanah air bisa terus bertambah. Ditambahkan, dari 5000 penderita thalassaemia yang ditemukan, sekitar 0,8%-nya telah
meninggal dunia. Ruswandi mengatakan hingga Juni 2008, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah ditemukan 1412 pasien thalassaemia baru.
"Diperkirakan terdapat jutaan carrier (pembawa sifat genetik thalassaemia, namun tidak sakit) yang tidak terdeteksi di Tanah air. Potensi mereka besar dalam menurunkan sakit ini," tandas Ruswandi usai upacara serah terima bantuan pengobatan thalassaemia dari Bakrie Untuk Negeri (BUN) kepada Yayasan Thalassaemia Indonesia, senilai Rp1,120 milliar, Kamis (24/7) lalu, di Jakarta.Lebih jauh kata dia, dari total populasi pembawa sifat genetic thalassaemia, 7% berada di Palembang, 3,4% di jawa dan 8% ditemukan di Makasar.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Staf Ahli Menkes Bidang Keuangan dan Komunitas Depkes, Eddie Naydial Rusdal, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari memaparkan, Indonesia masuk dalam kelompok yang beresiko tinggi terkena thalassaemia
Prevalensi carrier thalassaemia di Tanah air mencapai sekitar 3-8%. Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil dari total populasi 240 juta jiwa. Maka diperkirakan terdapat 3000 bayi penderita thalassaemia setiap tahunnya."Angka prevalensi thalassaemia cukup serius. Karena itu skrining pada pengemban sifat kelainan darah di berbagai populasi perlu terus ditingkatkan," tandas Fadilah. Ditambahkan pada beberapa populasi, frekuensi pengemban thalassaemia sangat tinggi. Bisa mencapai 10% dan 36%.
 Permasalahan paling mencolok, lanjutnya, manajemen klinis penyakit thalassaemia belum merata di Indonesia. Bahkan untuk ukuran ASEAN saja, Fadilah mengakui, jumlah manajemen klinis di Tanah air adalah yang terburuk. Hanya kota Jakarta saja hingga kini yang memiliki Pusat Pelayanan thalassaemia. Padahal tambahnya, tanpa penanganan klinis yang serius, penderita Thalasemia Mayor sulit mencapai usia diatas 20 tahun.

GEJALA AWAL THALLASEMIA.
·         Tubuh yang lemah
·         Muka lesu, seperti tidak nafsu untuk hidup
·         Pertumbuhan terganggu, seperti mundurnya pertumbuhan kaya usia asli 17th tapi di lihat dari fisik seperti usia 14th
·         Penampilan yang pucat
·         Struktur tulang yang abnormal, terutama dibagian wajah

·         Bermasalah dengan jantung, seperti pembengkakan jantung
·         Zat besi yang berlebihan
·         Perut bumcit

CARA MENJAGA PENYAKIT THALLASEMIA

Thallsemia adalah penyakit yang tidak terlalu mamtikan jika kita bisa merawatnya dengan cara rutin melalukan transfusi,
meminum obat teratur seperti obat ferriprox dan suntik desferal.
Itu untuk mencegah agar tidak fatal penyakit thallasemianya karna semakin sering kita transfusi darah semakin banyal zat besinya maka dari itu saya sebagai yang terkena penyakit thallasmia jika tidak ruti memalukan hal tersebut efeknya akan perut yang membuncit, tulang-tulang yang makin mengecil, umur semakin menurun sepeti yang sudah saya jelaska yang di atas, tulang semakin keropos mungkin tersandung kecil aja bisa menyebabkan patah tulang. Thallasemia juga rawan yang namanya patah tulang karna sekali patah tulang atau keseleo kemungkinan besar tidak akan berfungsi lagi. Karna ada obat itu lah para yang terkena penyakit thallsemia bisa mencegah itu smua. Ada juga pantangan yang sebenarnya agak merepotkan seperti tidak boleh berolahraga, jatuh seperti dari motor dll, hampir semua makanan itu di pantang mungkin yang boleh tahu dan tempe apalagi yang ada mengandung zat besi.
                      
DAFTAR PUSTAKA
Analis Kesehatan, pengertian thallasemia, di akses http://analisyogya.blogspot.co.id/2011/03/thalassemia.html
Chandra, thallasemia, dari pengalaman pribadi